BERKUMPULKARENA CINTA, BERTEMU KARENA MAHABAH, BERSATU KARENA UKHUWAH TQN

Ilaahi anta maqshudi wa ridloka mathlubi a'thini mahabbataka waa ma'rifatak

Jumat, 09 April 2010

KERAMAT SEORANG WANITA

Syeikh Sariy Saqaty r.a adalah seorang alim dan ulama yang abrar. Murid-muridnya terdiri dari berbagai kaum yang datang dari berbagai pelosok. Salah seorang daripada muridnya adalah seorang wanita yang solehah, jujur dan sentiasa taat dan patuh kepada perintah Allah. Wanita ini mempunyai seorang anak yang bernama Muhammad. Anaknya telah diserahkan kepada seorang guru untuk mempelajari ilmu-ilmu agama dan mengaji Al-Quran

Pada suatu hari guru agama ini pergi ke tepi sungai Dajlah bersama-sama anak wanita tadi untuk jalan-jalan. Ketika guru itu duduk sambil beristirahat, anak wanita tadi bermain-main di tepi sungai dan tidak di sedari bahawa anak itu telah turun ke dalam sungai itu. Setelah di sadari oleh guru itu dan belum sempat guru itu menarik anak itu ke darat, tiba-tiba anak itu tenggelam ke dalam sungai. Dengan perasaan cemas guru itu mencari-cari anak itu tetapi tidak ketemu. Setelah puas mencari guru itu tidak dapat berbuat apa-apa dan beliau berfikir mungkin anak itu telah mati dan di bawa arus.

Guru tersebut merasa menyesali perbuatannya kerana mengajak anak tersebut jalan-jalan di tepi sungai. Fikirannya buntu tidak dapat memikirkan bagaimana untuk memberitahu ibu anak tersebut tentang ini, dia takut dimarahi oleh wanita itu. Dengan perasaan yang tidak menentu itu, tiba-tiba ia teringat tentang syeikh Sariy seorang ulama tempat ibu anak itu mengaji, mungkin syeikh tersebut bisa membantu menyelesaikan masalah ini. Tanpa membuang waktu guru itu pergi kerumah Syeikh Sariy untuk memohon bantuannya menyelasaikan masalah tadi.

Setibanya di sana Guru itu menceritakan kepada Syeikh Sariy bahwa anak wanita itu hilang tenggelam dia memohon supaya mencari jalan bagaimana untuk memberitahu ibunya tentang kehilangan anaknya. Syeikh Sariy mengajak kawannya Al-Junid yang kebetulan berada disitu untuk pergi ke rumah wanita itu dan sama-sama membantu supaya wanita itu tidak mengamuk atau marah pada guru yang membuat anaknya tenggelam

Ketika tiba di rumahnya Syeikh Sariy dan Al-Junid mengajarinya tentang kesabaran yang perlu dihadapi kerana ia adalah kehendak Allah, suatu musibah yang menimpa adalah takdir Allah semata-mata. Wanita itu heran dengan tingkah laku Syeikh Sariy dan kawannya Al Junid. Wanita itu berkata kepada Syeikh Sariy "Apakah sebenarnya yang terjadi? sehingga tuan-tuan menceritakan tentang sesuatu yang telah saya ketahui". Syeikh Sariy berterus terang dan menceritakan tentang hilangnya anaknya yang telah tenggelam ke dalam sungai ketika anaknya bermain-main bersama-sama gurunya di tepi sungai Dajlah


Mendengar keterangan tersebut wanita itu berkata dengan perasanan tenang "Insya Allah, Tuhan tidak akan melakukan yang demikian kepada aku". Wanita itu mengajak mereka supaya menunjukkan tempat kehilangan anaknya. Mereka menuju ke tebing sungai dan ketika sampai di sana guru itu menunjukkan tempat anaknya tenggelam. Kata wanita itu "Apakah kamu yakin anakku hilang di sini" Jawab guru itu "Benar di sinilah dia tenggelam dan saya tidak sempat untuk mememegang tangannya ketika ia tenggelam". Lalu wanita itu menyeru nama anaknya "Hai anakku Muhamammad" beberapa kali, tidak lama kemudian anaknya menjawab "Ibu, Saya ada disini". wanita itu terus turun kedalam sungai lalu mengulurkan tangannya ke dalam air untuk menarik anaknya. Syeikh Sariy, Al Junid dan Gurunya hanya tertegun melihat keajaiban yang terjadi di hadapan matanya. Syeikh Sariy berkata "jika kita memberitahu kepada orang, tentu mereka tidak percaya". Jawab Al Junid "Benar kata tuan, keajaiban tidak diperolehi oleh semua orang, kecuali mereka yang benar-benar takwa dan patuh kepada Allah, maka Allah akan mengaruniakan kelebihan kepada mereka"

Wanita tadi memeluk anaknya dangan penuh kegembiraan. Mereka pergi dari situ untuk pulang kerumahnya dan tinggallah Syeikh Sariy, Al Junid dan Guru di situ. mereka berbincang-bincang tentang keramat yang diberikan Allah kepada wanita itu. Syeikh Sariy berkata "Wanita itu telah mendapat alamat bahwa anaknya masih hidup ketika berkata Allah tidak akan melakukan yang demikian kepadanya" Mereka bertiga pun pulang dari situ dengan membawa kenangan yang tidak dapat di lupakan dan mereka bersyukur kepada Allah diatas kebesaran dan kekuasaan-Nya dan segala yang terjadi di permukaan muka bumi ini adalah atas ketentuan-Nya

Tidak ada komentar: