BERKUMPULKARENA CINTA, BERTEMU KARENA MAHABAH, BERSATU KARENA UKHUWAH TQN

Ilaahi anta maqshudi wa ridloka mathlubi a'thini mahabbataka waa ma'rifatak

Selasa, 21 Juli 2009

“LA ILAAHA ILLALLOH “.....,

Berkat Ridhlo dan ijin dari ALLAH SWT serta Karomah dari Pangersa Abah Anom (Syech Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin QS),serta dukungan doa dari para ikhwan dan akhwat TQN Suryalaya di manapun berada,akhirnya Majelis Dzikir dan Mushola Miftahus Shudur Sawangan Purwokerto dapat melaksanakan Hajat rutin yang di laksanakan setiap bulannya,yaitu Dzikir dan Manaqib Sulthon Aulia Syech Muhyidin Abdul Qodir Al Jaelani QS yang bertepatan dengan penyelenggaran Pengajian dalam rangka memperingati ISRO MI’ROJ” Nabi Besar Muhammad SAW 1430 H, yang mengangkat tema “DENGAN DZIKRULLOH KITA GALANG PERSATUAN DAN KESATUAN”.Alhamdulillah semua rangkaian acara dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Acara pertama adalah Dzikir dan Manaqib yang di laksanakan ba’da isya,Acara ini di hadiri oleh para Ikhwan dan Akhwat TQN Suryalaya se-Banyumas (Purbalingga,Patikraja,Sokaraja,Cilacap,Cilongok,Banyumas dan sekitarnya.).Hadir juga tamu-tamu undangan diantaranya Bapak A.K.P. H. Zaenal Arifin selaku KAPOLSEK Purwokerto Barat,Perangkat Kelurahan beserta staff,serta jajaran pemerintahan desa,tentu saja acara ini di hadiri dengan antusias oleh masyarakat sekitar sawangan tempat majelis dzikir dan mushola miftahus shudur berada.

Di lanjutkan dengan pengajian dalam rangka peringatan ISRO MI’ROJ” Nabi Besar Muhammad SAW.Acara ini diisi Tausiah oleh Kyai Rodin Nurrohman S.Ag yang juga merupakan ikhwan dan ketua Yayasan Serba Bakti PONPES Suryalaya untuk Wilayah Banyumas.Acara tersebut juga di iringi grup rebana (hadroh) binaan kyai Rodin.

Acara berakhir pada pukul 23.50 wib dan di tutup dengan doa bersama yang di pimpin langsung oleh kyai Rodin.

Jumat, 17 Juli 2009

TANBIH




Tanbih

Tanbih ini dari Syaekhuna Almarhum Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah.
Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria maupun wanita, tua maupun muda :

“Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Allah Subhanahu Wata’ala kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.
Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir maupun bathin.
Pun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas wasiat kepada segenap murid-murid : berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara.
Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan perintah dalam agama maupun negara.

Insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun negara, agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.

Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :

1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik dlohir maupun batin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun dan saling menghargai.
2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah agama maupun negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita terkena firman-Nya “Adzabun Alim”, yang berarti duka-nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai dengan akhirat (badan payah hati susah).
3. Terhadap oarang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat yahng lemah-lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan.
4. Terhadap fakir-miskin, harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir-miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kodrat Tuhan.

Demikanlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran, meskipun terhadap orang-orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a. s. mengingat ayat 70 Surat Irso yang artinya :

“Sangat kami mulyakan keturunan Adam dan kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, juga kami mengutamakan mereka lebih utama dai makhluk lainnya.”

Kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat Surat Al-Maidah yang artinya :

“Hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap agama maupun negara, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama maupun negara".

Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing, mengingat Surat Al-Kafirun ayat 6 :”Agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku”,
Maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.
Cobalah renungakan pepatah leluhur kita:
“ Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”. Karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri.
Dalam surat An-Nahli ayat 112 diterangkan bahwa :

“Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/ penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri”.

Oleh karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan dlohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya “ Budi Utama-Jasmani Sempurna “ (Cageur-Bageur).
Tiada lain amalan kita, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan.

Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Amin.

Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan



(KH.A Shohibulwafa Tadjul Arifin)






UNTAIAN MUTIARA
warkah
JANGAN BENCI KEPADA ULAMA SEZAMAN
JANGAN MENYALAHKAN KEPADA PENGAJARAN ORANG LAIN
JANGAN MEMERIKSA MURID ORANG LAIN
JANGAN BERHENTI BEKERJA MESKIPUN DISAKITI ORANG
HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCI KEPADAMU


Rabu, 15 Juli 2009

12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir

12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir

1. Duduk di tempat yang suci seperti duduknya di dalam shalat..

2. Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya.

3. Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan bau wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya.

4. Memakai pakaian yang halal dan suci.

5. Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.

6. Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan indra dzahir, karena dengan tertutupnya indra dzahir akan menjadi penyebab terbukanya indra hati/bathin.

7. Membayangkan pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini menurut ulama thariqoh merupakan adab yang sangat penting.

8. Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai (banyak orang).

9. Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang berdzikir akan sampai derajat ash-shidiqiyah dengan syarat dia mau mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan) kepada syaikhnya. Jika dia tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah).

10. Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illallah , karena bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan- bacaan dzikir syar’i lainnya.

11. Menghadirkan makna dzikir di dalam hatinya.

12. Mengosongkan hati dari segala apapun selain Allah dengan La ilaaha illallah , agar pengaruh kata “illallah” terhujam di dalam hati dan menjalar ke seluruh anggota tubuh.

Sumber : http://thoriqoh-indonesia.org/
MUSHOLA & MAJELIS DZIKIR MIFTAHUS SHUDUR


Alhamdulilah,kalimah Thoyibbah terucap dari kami kepada ALLAH Subhana Wa Ta’ala,ROBB segala mahluk yang ada di alam ini.Sholawat serta salam tercurah kepada junjungan kita Baginda Nabi Besar MUHAMMAD S.A.W.yang berkat kasih sayang dan cintanya terhadap kita sebagai umat islam hingga hari akhir nanti dapat menjalankan ibadah secara istiqomah baik lahir maupun bathin.Tak lupa pula kami haturkan terima kasih yang tiada terkira kepada Mursyid kami tercinta Hadrotus Syeich Achmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin QS (Pangersa Abah Anom) yang atas bimbinganya kami para ikhwan dan akhwat dapat istiqomah dalam menjalankan perintahNYA dan menjauhi segala laranganNYA serta Sunnah-sunnah Rosulluloh,terutama dalam pengamalan Tariqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah (TQN).Alunan Dzikir selalu mengiringi setiap langkah serta perjalanan hidup kami guna mencapai tujuan yang sesungguhhnya yaitu selalu mengingat ALLAH AZZA WA JALLA kapanpun dimanapun kami berada.
Semoga dengan adanya tulisan serta artikel ini dapat menambah wawasan para ikhwan serta akhwat TQN di manapun berada dan kaum muslimin wal muslimat agar dapat terjalin tali silaturrahmi yang erat di antara kita semua (amien).
Majelis Dzikir Miftahus Shudur suatu wadah berkumpulnya para Ikhwan Akhwat TQN wilayah Banyumas pada umumnya serta daerah Purwokerto dan sekitarnya dalam menjalankan amalan-amalan TQN yang di berikan oleh Pangersa Abah baik amalan harian,mingguan,bulanan maupun tahunan (terutama dalam memperingati hari besar Islam).
Majelis Dzikir dan Mushola Miftahus Shudur yang berlokasi di Sawangan Purwokerto Banyumas ini terletak di tengah tengah perkampungan penduduk di sebelah sungai banjaran yang membelah kota purwokerto serta berhadapan langsung dengan hijaunya pemandangan alam.Semuanya terbentuk karena istiqomah dalam pengamalan siar Islam melalui TQN SURYALAYA lewat ajaran Pangersa Abah Anom (Hadrotus Syeich Achmad Shohibul Wafa Tajul Arifin QS) oleh para Ikhwan dan akwat yg berdomisili di sawangan purwokerto dan sekitarnya..Majelis ini berada di salah satu rumah Ikhwan yang kami para ikhwan,akhwat biasa memanggilnya mbah Kyai Sarkim di mana beliau juga sebagai imam pada Mushola Miftahus Shudur.
Nama Miftahus Shudur diberikan langsung oleh Pangersa Abah Anom melalui salah satu Wakil Talqin nya yaitu Ajengan Muhammad Beben Adabas pada satu acara memperingati Isro’& Mi’roj Nabi Besar Muhammad S.A.W 1429 H.
Miftahus Shudur secara harfiah berarti “Kunci Pembuka Hati”,apabila dikaji secara hakikat Pangersa Abah memberikan nama tersebut karena Mbah Kyai Sarkim sebagai Imam Mushola dan Jamaah Majelis Dzikir Miftahus Shudur tadinya merupakan sosok yang kontroversial,karena beliau berangkat dari “Mantan” seorang Preman yang cukup kondang namanya dalam dunia hitam di Purwokerto dan sekitarnya,tetapi ALLAH jua lah yang Maha mengetahui segalanya hingga DIA yang membukakan pintu hati mbah kyai sarkim untuk menerima Hidayah dari NYA.Dampak dari hal tersebut membuat mbah kyai sarkim untuk berjanji dalam hidupnya tidak akan mengulangi lagi segala perbuatan buruk yang pernah di lakukan serta mempelajari Islam secara sungguh-sungguh.Hingga suatu saat dalam pencariannya ALLAH S.W.T mempertemukan beliau bertemu Bapak Hartadi yang mengenalkan pada mbah kyai sarkim pada ajaran TARIQOH QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH di bawah pimpinan Hadrotus Seich Ahmad Shohobul Wafa Tajul Arifin QS sehingga beliau akhirnya menjadi salah satu murid Pangersa Abah Anom setelah di tanam Talqin Dzikir.
Gunjingan serta hinaan datang dari lingkungan sekitar mewarnai perjalanan siar yang di lakukan para ikhwan beserta mbah kyai sarkim mengingat latar belakang masa lalu para ikhwan dan mbah kyai sendiri yang notabene “mantan preman”.Tetapi semua itu tidak mengurangi istiqomah ikhwan dan akhwat untuk terus melantunkan Dzikir,karena keyakinan dari semua ikhwan dan akhwat bahwa dengan setulus hati melakukan ajaran Pangersa Abah terutama dengan Dzikrulloh maka hidup kita akan tenang jauh dari perbuatan tercela yang nantinya dapat berguna bagi lingkungan maupun negara Republik Indonesia (amien).